Notification

×

Iklan

Iklan

Mahasiswa Diajak Manfaatkan Medsos Gelorakan Nilai Kebangsaan

Selasa, 12 Juli 2022 | 09:42 WIB Last Updated 2022-08-29T03:11:03Z

KABARCENTER.com

Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Setjen MPR Budi Muliawan mengajak mahasiswa memanfaatkan media sosial untuk aktivitas yang positif, termasuk dalam menggelorakan semangat dan nilai kebangsaan.

Pasalnya, saat ini hampir seluruh lini kehidupan tak lepas dari teknologi informasi, terutama di kalangan anak muda. Sayangnya, tak semua anak muda, termasuk mahasiswa, dapat memanfaatkan teknologi informasi dan media sosial untuk kegiatan positif.

"Mari kita gunakan media sosial untuk menggelorakan nilai-nilai kebangsaan seperti persatuan, gotong royong, dan pengamalan nilai-nilai Pancasila," kata Budi dalam keterangannya, Selasa (12/7/2022).

Ajakan tersebut disampaikannya dalam kegiatan Sarasehan Kehumasan MPR bertajuk 'Menyapa Sahabat Kebangsaan' di Auditorium Fakultas Humaniora dan Budaya, Gedung KH. Oesman Mansoer, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki), Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (8/7). Acara ini mengusung tema 'Peran Mahasiswa dalam Mengisi Kemerdekaan'.

Budi mengatakan di tengah perkembangan teknologi saat ini, mahasiswa harus dapat menjadikan Facebook, Twitter, Instagram, Tiktok, YouTube atau platform lainnya untuk menyebarkan nilai-nilai luhur bangsa. Hal ini mengingat mahasiswa merupakan agen perubahan yang memiliki tantangan sesuai dengan zaman.

Ia menambahkan, peran mahasiswa dalam sejarah bangsa terjadi sejak 1908, tepatnya pada 20 Mei dengan berdirinya organisasi pemuda, Budi Utomo. Seperti diketahui, organisasi ini didirikan mahasiswa STOVIA sebagai awal dari kebangkitan nasional.

"Perjuangan yang awalnya mengandalkan perlawanan fisik, kemudian melibatkan politik diplomasi," kata alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang tersebut.

Kemudian, Budi menjelaskan semangat para pemuda dan mahasiswa kemudian berlanjut pada 28 Oktober 1928 saat Kongres Pemuda II. Di momen ini, organisasi-organisasi pemuda dari berbagai suku dan agama berikrar bertumpah darah, berbahasa, dan berbangsa yang satu Indonesia, atau dikenal dengan Sumpah Pemuda.

Pada masa kemerdekaan, Budi menyebut pemuda juga berperan besar dalam mendorong percepatan kemerdekaan. Peran ini pun terus berlanjut dan menjadi pendorong utama pada perubahan di tahun 1966 dan 1998.

Dari sejarah perjalanan bangsa, Budi menyebut mahasiswa memiliki banyak peran. Selain meletakan pondasi persatuan bangsa, mahasiswa juga memiliki peran-peran lain di tengah masyarakat sebagai moral force, social control, agent of change, iron stock, dan guardian of value.

"Dari lima peran itu, kalau dipersingkat artinya mahasiswa adalah calon penerus bangsa yang tetap bisa menyuarakan yang benar di masyarakat," ujarnya.

Dalam hal ini, Budi mengatakan mahasiswa juga dituntut untuk menjunjung tinggi nilai-nilai moral. Bahkan, suara mahasiswa disebut lebih lantang dibanding kelompok lain.

"Mahasiswa mempunyai ruang untuk menyampaikan sesuatu yang benar dan baik," tuturnya.

Oleh karena itu, di tengah kemajuan teknologi informasi saat ini, mahasiswa harus dapat berperan untuk menjawab tantangan era digital. Tak hanya itu, Budi menyebut mahasiswa harus dapat beradaptasi dengan perubahan dan tidak terseret arus perkembangan zaman.

Adalun hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan inovasi yang bermanfaat, memberikan edukasi dan ajakan positif melalui sosial media, dan melawan berita bohong (hoax). Tanpa inovasi, sambung Budi, nantinya akan tercipta generasi 'mageran' alias malas bergerak.

"Kemajuan teknologi membuat banyak kemudahan dalam kehidupan, seperti kuliah bisa dilakukan lewat online, pesan makanan bisa langsung lewat aplikasi, dan bersosialisasi lewat medsos seperti WhatsApp tanpa ada pembatasan ruang dan waktu. Namun, hal ini membawa dampak mageran dan kurang bersosialisasi," tuturnya.

Budi pun mengimbau agar mahasiswa dapat menghadapi era disrupsi saat ini. Adapun kondisi ini merupkan era terjadinya inovasi dan perubahan masif yang bersifat fundamental, dan mengubah berbagai sistem dan tatanan ke cara yang baru.

Budi menjelaskan era disrupsi ditandai dengan perubahan yang cepat dengan pola yang sulit ditebak. Perubahan ini menyebabkan ketidakpastian, kompleksitas hubungan antar faktor penyebab perubahan, dan ketidakjelasan arah perubahan yang menyebabkan ambiguitas.

"Cara menghadapi era disrupsi ini, mari kita tingkatkan kualitas SDM, lakukan transformasi digital, dan jangan berhenti berinovasi," pungkasnya.

Sebagai informasi, turut hadir dalam acara ini di antaranya, Plt. Deputi Administrasi Setjen MPR Siti Fauziah, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Marno; Kasubag Humas, Dokumentasi, dan Publikasi Fathul Ulum, serta ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan. (dtc/kc6)

Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini