Notification

×

Iklan

Iklan

Naik ke Puncak Gunung Lawu, Perempuan Ini Alami Hal Aneh

Rabu, 30 Agustus 2023 | 10:18 WIB Last Updated 2023-09-29T10:20:00Z
Dewi Yan Sari Silalahi saat berada di puncak Gunung Lawu

Kabar Center

Mendaki gunung merupakan salah satu hobi yang cukup menyenangkan bagi banyak orang. Hiking atau mendaki gunung dengan berjalan kaki di alam bebas memiliki kesan tersendiri, menyenangkan namun juga memiliki tantangan yang tidak bisa dianggap ringan.

Selain medan yang sulit dihadapi, tantangan yang dihadapi pendaki gunung ternyata bisa juga hal hal yang beraroma spritual. Seperti yang dialami Dewi Yan Sari Silalahi, pendaki gunung yang pernah disapa sosok yang diduga Penghuni Gunung Lawu.

"Waktu itu pukul 18.00 Wib, hampir mau malam. Saat melewati pos 4 menuju pos 5 di tengah jalan, saya mendengar suara gamelan yang cukup kencang. Saya coba untuk abaikan, tapi justru semakin kuat. Bahkan badanku jadi makin berat," kata Dewi menceritakan pengalamannya saat mendaki Gunung Lawu, Sabtu (25/08) lalu.

Dewi mengatakan, saat di tanjakan, tiba-tiba dia melihat seseorang memakai pakaian Adat Jawa dengan syal kuning di lehernya. "Saat itu badan langsung terasa lemas, terjatuh dan tak sadarkan diri," ujarnya.

Melihat hal itu, sontak rekan-rekan Dewi panik dan memberikan pertolongan. Belakangan, sesuai cerita rekannya, posisi Dewi sebelum terkulai lemas dan pingsan, dia berada di barisan belakang. Kondisinya dengan tatapan kosong melihat ke kanan dan ke kiri.

"Saya baru tahu ketika diceritakan rekan saya Adrias Suryaditia Putra. Tas saya dilepas, kemudian dipakaikan jas hujan dan kepala saya ada dipangkuan Heni dan diolesi Minyak Kayu Putih," ungkap Dewi.

Selain Adrias, Niko dan Budi senior Dewi juga terlihat cemas. Kecemasan bertambah tatkala seorang bapak dan anaknya menyusul mereka. "Anaknya sudah takut di pos 4, kata anaknya di pos 4 sampe pos 5 hutannya sudah mulai aneh," ujar Dewi.

Selama di luar kesadaran, dia terus berteriak dengan mata tertutup namun mengeluarkan air mata. Kepala menunduk dan kedua tangan menutup telinga.

"Suara suara itu kencang sekali, jangan. Pergi.., pergi…,," teriak Dewi waktu itu sambil menangis. Melihat itu, teman teman Dewi dari rombongan tengah terus berusaha untuk menyadarkannya hingga dirinya pun akhirnya sadar namun dalam kondisi lemah.

Perjalanan kemudian dihentikan lantaran sudah malam hari. Rombongan membuat kemah untuk beristirahat. Dewi dan Henny dalam satu tenda kemah, sementara yang lain berada di kemah masing masing.

Hal unik kembali terjadi. Dewi menurut pengakuan temannya, tiba tiba berganti pakaian, berdandan dan menggunakan minyak wangi dan syal di leher. Dia keluar dan bertanya kepada temannya Henny. "Saya sudah cantik kan?"

Spontan Henny terkejut dan menarik Dewi untuk masuk kembali ke dalam kemah. Menyuruh duduk dan membujuknya untuk beristirahat.

Mimpi Bertemu Pria Berpakaian Adat Jawa

Dalam lelah, perempuan yang menyukai seni ini bermimpi. "Saya di bukakan pintu lalu di suruh keluar menuju tempat bermain beberapa alat musik. Salah satunya seperti gamelan. Saya keluar dan jalan menujuh arah itu," katanya.

Tetap belum sampai di tujuan, di sebuah persimpangan, Dewi dihentikan seorang lelaki tua dan perempuan dengan perawakan tinggi dan putih. Mereka menarik tangan Dewi dan melarangnya untuk pergi ke tempat tersebut (tempat musik gamelan).

Dewi Yan Sari Silalahi di pintu masuk menuju pendakian Gunung Lawu 

Meski telah dilarang, dia justru menangis dan berusaha melepaskan cengkraman tangan pria tua itu dengan cara menggigit.

"Tapi saya tidak dilepas. Justru mereka memeluk saya dan meminta dengan lembut agar jangan pergi ke sana. Jangan cucu, jangan pergi ke sana. Kalau kamu pergi, nanti kamu tidak bisa kembali," kata Dewi yang juga indigo ini sambil mengingat pesan orang tua itu.

Masih dalam mimpinya, dia kemudian diserahkan kepada beberapa orang untuk dituntun menjauh dari lokasi tempat musik gamelan tersebut.

"Ketika saya berjalan ke arah berbeda saya melihat ada sosok lelaki berpakaian adat jawa dengan wajah yang sedih terus melihat ke arah saya," ujarnya.

Anehnya, Dewi yang terbangun justru tidak berada lagi di dalam kemah tendanya dan telah berpindah tempat.

"Teman bilang saya keluar dari tenda belakang. Saya berjalan sendiri dengan tatapan kosong. Kemudian saya dikejar dan dituntun kembali ke tenda lainnya," lirih Dewi.

Meski dipenuhi berbagai tantangan dan nyaris menyerah, Dewi tetap mendapat dukungan dan semangat dari rekan rombongannya untuk melanjutkan pendakian.

Usaha tidak menghianati hasil, mungkin demikian yang dirasakannya dan rombongan pendaki. Gunung dengan ketinggian 3.265 mdpl dan paling tinngi di Jawa ini berhasil mereka taklukkan.

"Saat summit menuju titik puncak melewati bebatuan yang kecil dan besar, merosot ke bawah dan terjatuh bahkan sampai pingsan, sebenarnya ingin menyerah," ungkapnya.

Namun karena teman tim pendaki yang terus memberikan support semangat itu kembali muncul dan berusaha sekuat tenaga untuk sampai di puncak gunung.

"Sesampainya di puncak, spontan aku nangis. Menangis haru bisa melewati semua proses perjalanan yang sangat berat mulai dari melihat hal aneh, pingsan dan jatuh. Ternyata semua itu dilalui. Itu adalah rasa syukur tak berkesudahan," tutur Dewi Silalahi mengakhiri.

Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini