Notification

×

Iklan

Iklan

Penjelasan Perihal “Qana’ah” dari Buku Terbaik Versi Amazon “The Joy of Less”

Selasa, 14 Maret 2023 | 18:50 WIB Last Updated 2023-03-14T11:50:32Z
Buku The Joy of Less, menjelaskan tentang kehidupan ala minimalis, karya Francine Jay | foto: instagram/miss.minimalist

Kabar Center

Kata-kata bijak dari filsuf China, Lao Tzu, menegaskan bahwa seseorang yang merasa cukup dengan apa yang dimilikinya adalah orang yang kaya. Namun, konsep cukup tidaklah mudah, karena kebutuhan dan keinginan selalu ada dan bisa berbeda untuk setiap orang. 

Oleh karena itu, untuk menikmati rasa cukup, kita perlu untuk memfokuskan perhatian pada kebutuhan bukan pada keinginan, dan menumbuhkan sikap penuh rasa syukur dalam kehidupan.

Begitulah ringkasan pembahasan dari bagian ke 9 pada buku “The Joy of Less” yang diterbitkan dan diterjemahkan dalam bahsa Indonesia oleh Gramedia Pustaka dengan judul “Seni Hidup Mini Malis” karya Francine Jay yang di kenal sebagai miss minimalist.

Buku tersebut telah diterbitkan dalam 20 bahasa dan diakui sebagai buku terbaik versi Amazon.

Saat membaca buku tersebut tepatnya pada bagian “Bahagia Dengan Cukup” saya mulai sadar bahwa jauh sebelum ini saya sudah pernah diajari saat masih di pondok pesantren oleh ustadz disana.

Istimewanya, Francine Jay mampu membedah dan menguraikan perihal rasa cukup ini dengan relatif sangat singkat hanya dalam 4 halaman. Sedangkan saat di pesantren dulu saya diajari dalam kurun waktu hampir satu periode pendidikan.

Perihal rasa cukup ini dalam islam disebut dengan Qana’ah, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah pernah bersabda: 
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup(Qana’ah).” ((HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah mengajarkan bahwa kekayaan sejati bukanlah didasarkan pada banyaknya harta yang dimiliki seseorang itu, tetapi kekayaan yang sejati adalah kekayaan jiwa. Sehingga, kebahagiaan dan kepuasan hidup tidak hanya didapatkan dari banyaknya harta yang dimiliki, tetapi juga dari ketenangan batin dan kepuasan diri. 

Oleh karena itu, jangan mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran hanya untuk mencari uang, karena kehidupan kita tidaklah abadi dan tidak tahu kapan kita akan mati.

Pada buku Seni Hidup Minimalis di bagian “Bahagia Dengan Cukup” yang hanya 4 halaman itu saya juga teringat dengan hadis yang juga diajari oleh ustadz saya pada 2014 lalu saat masi di pondok pesantren. Yaitu perihal anjuran untuk tidak membandingkan diri dengan yang diatas.
اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

Artinya, “Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu,” (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah mengajarkan untuk tidak melihat ke atas, tetapi memperhatikan mereka yang berada di bawah kita. Hal ini mengajarkan pentingnya menghargai apa yang kita miliki dan tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan pada kita.

Jika kita selalu membandingkan hidup kita dengan orang lain yang lebih kaya atau lebih sukses, kita akan merasa tidak cukup dan selalu ingin lebih. Oleh karena itu, dengan melihat mereka yang berada di bawah kita, kita bisa lebih bersyukur dan menghargai apa yang telah kita miliki.

Dalam kedihupan yang hidup minimalis, penting untuk membeli benda yang hanya berdasarkan kebutuhan dan kegunaan, bukan atas dasar status atau gengsi semata. 

Kita harus selalu memastikan bahwa barang yang kita beli berguna dan memiliki manfaat bagi kehidupan kita. Sifat manusia yang tidak puas selalu membuat kita ingin memiliki barang-barang yang tidak berguna, sehingga kita sering kali membeli barang hanya untuk memenuhi keinginan belaka.

Dengan menumbuhkan sikap penuh rasa syukur dalam kehidupan, kita dapat menciptakan rasa cukup yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Kita tidak perlu selalu membandingkan hidup kita dengan orang lain yang lebih kaya atau lebih sukses. 

Melihat ke bawah dan menghargai nikmat Allah yang telah kita terima dapat membantu kita merasa cukup dan lebih bersyukur atas apa yang telah kita miliki. Oleh karena itu, mari hidup dengan cukup dan bersyukur dalam setiap detik kehidupan kita. (Rivan)

Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini