Notification

×

Iklan

Iklan

Huta Simandalahi yang ‘Ter-abaikan’ di Limbong, Pinungka ni Gr Medang-edang Sinaga sian Huta Girsang Parapat

Selasa, 26 April 2022 | 09:26 WIB Last Updated 2022-08-29T03:11:03Z
Surung (Am. Lina) Simandalahi, berfoto di bawah pohon Hau Hariara yang ditanam oleh Gr. Medangedang di Eks. Huta Simandalahi Desa Sarimarrihit Limbong (Foto: Dok PMS)

KABARCENTER.com

Huta Simandalahi di Limbong Sianjur Mulamula, namanya telah lama saya dengar dari Surung (A. Lina) Simandalahi. Kalau tidak salah, nama huta itu diberitahu saya, tidak lama setelah dilakukannya “Acara Pasombu Sihol” Pomparan Jorang Raja Sinaga tahun 2018 di Bandung.

“Betul bang, Simandalahi juga punya huta di Limbong. Huta itu dipungka oleh Gr. Medang-edang dari Sialapit”, ujar Am. Lina Sinaga waktu itu. 

Informasi tentang Huta Simandalahi yang ada di Limbong itu, adalah upayanya untuk melengkapi mengenai keberadaan Huta Simaibang dan Huta Hasinggaan di eks Luat Op Si Raja Bataka Sianjur Mulamula.

Huta Simandalahi yang di Limbong itu baru dapat saya kunjungi sekitar 4 tahun kemudian sejak informasinya diberikan. Hal itu terlaksana sebagai bagian dari “Acara Napak Tilas Pomparan Op. Jorang Raja Sinaga” tgl. 13 Maret 2022 yang lalu. Acara Napak Tilas itu adalah sebuah Program Sejarah Budaya PPTSB Tahun 2022.

“Inilah pohon hariara yang ditanam oleh Guru Medangedang, saat dia diberi tano parhutaan oleh simatuanya Pomparan Op. Borsak Limbong,” ungkap Am. Lina Simandalahi, yang ikut dalam acara Napak Tilas. 

“Bahwa parhutaan ini memang terlantar sejak anak sematangwayang Gr. Medangedang yang bernama Op. Patik Nihuta kawin dengan boru Sagala par-Hasinggaan  dan tinggal di huta itu,” lanjut Am. Lina Simandalahi, menerangkan sekilas mengenai keberadaan Huta Simandalahi yang berada di Desa Sari Marrihit Limbong itu.

Sempat ‘Tarhinonong’ di Huta Sialapait

Sebagaimana dikatakan sebelumnya oleh Am. Lina Simandalahi bahwa Gr. Medangedang berasal dari Huta Silapit, kebenaran itu pun ‘di-kross cek’ dengan mendatangi Huta Sialapit pada keesokan harinya, yaitu tgl. 13 Maret 2022. Sayangnya, sumber yang didapat di Huta Sialapit, tidak ada informasi yang menyebutkan tentang keberadaan Gr. Medangedang di huta itu. 

Sesuai narasumber yang ditemui Rombongan Napak Tilas, dari 6 orang yang dikisahkan pernah tinggal di Silapit, tak satu orang pun yang dikatakan pergi ke Limbong Sianjur Mulamula.

“On ma pardalanan ni 6 halak pomparan ni ompunta na borhat sian Girsang; sahalak tu Panahatan, Sahalak tu Sangkal, Sahalak tu Sialapit, Sahalak tu Sihusapi Simarmata, Sahalak tu Hasinggaan, Sahalak tu Kodonkondon," kata Op. Selin Sinaga, yang menjadi narasumber Huta Sialapit Kec. Simanindo, Samosir.

Adanya sumber yang secara implisit menyatakan tidak ada keberadaan Gr. Medangedang di Huta Sialapit, jelas membuat Am. Lina Simandalahi seperti ‘seorang yang gundah gulana’. Atau dalam istilah Batak Toba seperti orang yang ’tarhinonong’. Tona atau informasi yang dia pegang erat selama ini bahwa Gr. Medangedang berasal dari Sialapit ternyata hal itu tidak terbukti.

Ternyata dari Huta Simadalahi Girsang

Untungnya, perjalanan Rombongan Napak Tilas belum berakhir. Untuk itu, masih ada kesempatan untuk mendapatkan asal Gr. Medangedang. Kalau bukan dari Sialapit, pasti dia berasal dari satu huta, sesuai ketentuan pada masa itu bahwa setiap orang Batak Toba pasti tinggal di sebuah huta.

Setelah melakukan kunjungan ke Huta Hasinggaan, Kodon-kodon dan Galungan-Sidaji, rombongan pun melanjutkan perjalanan ke Huta Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun. Saat sesi melakukan kunjungan fakta, yaitu Huta Simanjorang-Huta Simandalahi-Huta Simaibang bertemulah sesama pomparan yang sa-horong. Tak terkecuali dengan Am. Lina Simadalahi dengan horongnya yang bernama Ganda Sinaga.

“Molo amparanta sitingkisi goarna ima Ganda Sinaga. Ibana ma pomparan ni Ompunta Simandalahi sian Ompu Sipai Dua. Molo hami, ima pomparan Gr. Medangedang, ima pomparan sinomor 4 manag siampudan na lao tu Samosir manang tu Limbong,” terang Am. Lina Simandalahi, tatkala diklarifikasi ulang mengenai pertemuannya dengan sa-horongnya tersebut.

Rasa Senang dalam Kegundahan

Tak dapat dipungkiri, dari serangkaian Acara Napak Tilas, boleh dikatakan, bahwa dari 3 orang anak Op. Jorang Raja Sinaga sesuai tarombo ‘versi’ Samosir, hanya Op. Simandalahi yang telah terklarifikasi kebenarannya. Walau jejaknya tidak terdapat di Huta Sialapit sesuai diyakini oleh Am. Lina Simadalahi, namun nama Gr. Medangeadang tercacatat di Huta Simadalahi Girsang sebagai anak Siampudan dari 4 bersaudara. Sementara 2 orang Op. Jorang Raja Sinaga lainnya (masih menurut tarombo versi Samosir), belum terklarifikasi, selepas Napak Tilas belum terlihat.

Tak dapat ditampik rona kegembiraan terpancar pada wajah Am. Lina Simadalahi begitu dia tau asal huta Gr. Medangeadang. Kegembiraanya semakin menjadi-jadi saat dia dapat menginjak Huta Simandalahi di Girsang Parapat bersama Rombongan Napak Tilas Op. Jorang Raja Sinaga. 

Saat kunjungan itu, tak lupa dia minta difoto di bawah ‘Hau Borotan’ yang sering dikaitkan dengan ‘Peristiwa Sinaga Mardandi’. Hau borotan yang tumbuh menjadi bintatar itu saat ini menaungi rumah-rumah pemukiman yang ada di Huta yang dipungka oleh Op. Simadalahi tersebut.

Ganda Sinaga dan Surung Simandalahi, Pomparan Op. Simandalahi di ‘Hau Borotan’ yang tumbuh di Huta Simadalahi Luat Girsang Sipangan Bolon Parapat-Simalungun (Foto: Dok PMS)

Cerita tentang hau ini, ternyata hau yang sama juga tumbuh di Huta Simadalahi Desa Sarimarrihit Limbong, Sayangnya, hau yang di-suan  oleh Gr. Medang-edang itu, tidak menaungi rumah-rumah pemukiman seperti huta hatubuannya di Huta Girsang. Karena saat ini, hau hariara yang ada di huta Simandalahi di Desa Sari Marrihit itu, hanya diisi oleh berbagai tumbuhan yang oleh karenanya terkesan diterlantarkan. Sebuah situasi yang membuat miris hati Am. Lina Simandalahi.

“Nungnga leleng sai pinabotohon tu pomparan ni ompu i, asa dibahen kepedulian na tu huta on,”, ujar Am. Lina Simandalahi mengenai upayanya melihat situasi Huta Simandalahi na pinungka ni Guru Medangedang yang di Desa Sari Marrihit Limbong itu. 

Mudah-mudahan ke depan himbauan Am. Lina Simandalahi ini mendapat respon positif agar sebuah bukti sejarah tidak hilang dari Sejarah Batak. (Paul Manjo Sinaga).

Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini