Notification

×

Iklan

Iklan

"Bumi Semakin Tua", PPTSB Punya Andil Untuk Merawatnya

Senin, 25 Januari 2021 | 19:19 WIB Last Updated 2021-01-25T12:19:23Z

Kabar Center - Samosir

Jagad raya akan hancur bila diantara unit-unit sistimnya mengalami ketidak seimbangan. Salah satu unit bagian sistim itu adalah bumi. Saat bumi mengalami gangguan, maka sebagai bagian sistim dari jagad raya, akan mengalami gangguan. Dan bila gangguan pada bumi sedemikian parahnya, maka tidak ada jaminan untuk tidak mengganggu keseimbangan jagad raya menuju kehancuran. Maka untuk itu, adalah menjadi tanggung jawab para pemangku kepentingan yang di bumi untuk menjaga tidak terjadi gangguan.

Demikian keterangan singkat yang diterima awak media ini dari Tumpal Simanjorang, ketika ditanyakan latar belakang program “Gerakan Pemberdayaan Lahan Terlantar” yang digaungkannya sejak lebih dari setahun yang lalu. 

“Semakin menyusutnya ruang hijau di bumi adalah sebuah kegiatan menuju ketidak seimbangan di bumi," katanya.

Pohon Produksi O2

Menyusutnya ruang hijau di bumi, menurut Tumpal, itu sama saja dengan berkurangnya O2. Sehingga, dengan berkurangnya O2 itu akan berdampak terhadap lapisan ozon di angkasa bumi. 

“Kita pasti tahu dan pahamlah bahwa ozon di angkasa berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap bumi terhadap keseimbangannya. Nah, kalau ruang hijau berupa tumbuhan pepohonan sebagai penyedia O2 semakin menyusut, bukankah itu akan mengganggu ozon tadi itu?,"  terangnya dalam kalimat pertanyaan.

Maka, hal yang logis tentunya dilakukan upaya pencegahan. Upaya pencegahan agar lapisan ozon diangkasa tidak semakin menipis yang pada saatnya akan menuju kepada kehilangannya. Dan cara itu adalah dengan menanam pohon!

“Karena Tuhan membuat pohon untuk menghasilkan O2, ya sudah tentu mari kita merawat pohon. Kalau terjadi penebangan pohon, maka kita harus mengganti pohon itu dengan cara menanamnya. Intinya, mari kita merawat dan menanam pohon untuk memproduksi O2. Sederhana bukan?” pungkasnya.

Porlak Rakyat KDT

Dari pantauan "Kabar Center” terhadap kegiatan penanaman pohon yang dilaksanakan pada KDT khususnya Samosir, sejauh ini belum ada yang memberikan hasil secara siginifikan. 

Boleh dikatatakan bahwa dari setiap program yang dirancang hanya bagus dalam tatanan konsep tetapi tidak bagus dalam tataran implementasi. 

Sementara, Monter Sagala yang ikut diajak Tumpal dalam program “Pemberdayaan Lahan Terlantar KDT” ini, tidak menampiknya.

“Kami tidak menampik itu. Dan menurut kami, program itu tidak berhasil karena rakyat yang seharusnya menjadi pelaku dan tujuannya, tidak dilibatkan secara optimal,” ujar Monter Sagala memberi alasan. “Ada pun dalam program yang kita lakukan ini, rakyat benar-benar dilibatkan sebagai pelaku. Boleh dikatakan, rakyat adalah motor utama dari program ini,” tambahnya.

Dalam penjabaran Monter Sagala lebih lanjut mengenai “Program Lahan Terlantar KDT” ini, ada satu hal lain yang membuat mereka optimis untuk berhasilannya yaitu adanya unsur manfaat ekonomi dalam jangka pendek. 

Menurut Monter, dengan adanya unsur manfaat ekonomi dalam jangka  pendek ini, akan membuat masyarakat tertarik untuk terlibat menjadi motor dan pelaku program. Dan ada, lanjutnya lagi, kegiatan ini dilakukan pada lahan milik warga.

“Konsep Porlak Rakyat KDT itu pada dasarnya adalah ‘dari warga-oleh warga-dan untuk warga’ itu sendiri. Kami dalam program itu hanya sebagai inisiator dan fasilitator,” katanya.

Memberdayakan Lahan Terlantar

Baik Tumpal mau pun Monter sama-sama sepakat bahwa dengan konsep “Porlak Rakyat KDT” akan dapat mewujudkan niat dan keinginan mereka untuk turut merawat dan menanam pohon sebagai media pensuplai O2 untuk bumi. Dan untuk mewujudkan niat itu, mereka cukup melakukannya pada KDT.

“Ngapain mikir jauh-jauh. Pada KDT masih banyak lahan yang belum ditanami pohon!”, jawab Monter saat ditanya rencana lokasi pembuatan “Porlak Rakyat KDT” tersebut. “Seperti di kampung saya Sipitu Dai Limbong arah ke punggung Pusuk Buhit, itu adalah kawasan yang sampai sekarang belum diberdayakan,” ungkapnya memberi contoh. 

Apa yang dikatakan Monter Sagala di atas, adalah sebuah fakta bahwa sepanjang pinggiran KDT masih tersedia lahan untuk ditanami pepohonan. Penanaman pohon pada kawasan itu, disamping memberi manfaat ekonomi dari program seperti yang dikatakan oleh Monter tadi, juga akan memberi manfaat konservasi.

“Mohon doa dan dukungan untuk terlaksananya program ini,” pinta Monter Sagala yang boru-nya Sinaga ini, sembari berharap agar pandemi Covid19 ini segera dapat diatasi. 

Dan karena dia bicara atas sebuah program PPTSB, maka bolehlah dikatakan bahwa program ini adalah bagian dari turut andilnya PPTSB untuk ikut ‘merawat’ bumi yang semakin tua ini. (MS/KC)

Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini