Notification

×

Iklan

Iklan

Mendidik Karakter Anak dari Lingkungan Keluarga

Selasa, 12 Desember 2023 | 11:59 WIB Last Updated 2023-12-12T04:59:52Z
Ilustrasi | sumber foto: depoktren.com

Perkembangan dan karakter seorang anak tidak hanya dibentuk dari lingkungan sekolahnya. Namun juga dibentuk di lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulannya di tengah masyarakat. Salah besar jika ada yang berperangai buruk, lalu tiba-tiba kita mencari dan menyalahkan siapa guru yang mendidiknya. 

Seorang anak tidak serta merta memiliki perilaku buruk, tanpa ada faktor yang menyebabkan itu terjadi. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting dalam perkembangan seorang anak. Guru hanya bertugas untuk Orang Tua membantu mendidik anak di sekolah. 

Jangan pandang remeh peran keluarga dalam proses pembentukan karakter seorang anak. Sebab, di lingkungan keluargalah sang anak lebih banyak berinteraksi. Terutama yang masih usia dini dan remaja. Tidak cukup orang tua menyerahkan proses pembentukan watak sang anak kepada guru-guru mereka. 

Rasa-rasanya, setiap orang tua perlu menyadari betul bahwa setiap perkataan dan tindakan mereka menjadi sorotan sang anak. Dan itu akan masuk ke dalam alam bawah sadar mereka. Jika dalam kesehariannya, sang anak sering melihat kedua orang tuanya cekcok, atau bahkan sampai berkata kasar, maka lambat laun sang anak akan menyerap apa gerak-gerik orang tuanya tersebut. 

Mereka bisa saja beranggapan bahwa berkata kasar adalah suatu hal yang biasa. Apalagi, Orang Tua merupakan guru pertama dan bahkan utama bagi sang anak. Jika guru pertamanya saja tak begitu mempedulikan budi pekerti yang luhur, maka jangan terlalu berharap sang anak akan menirunya. Gerak-gerik Orang Tua selalu diamati dan ditiru oleh anak-anaknya. Beda seorang anak yang dibesarkan dengan penuh kelembutan dengan anak yang dibesarkan dengan kasar. Hasilnya pasti beda. 

Memang, mendidik perangai seorang anak itu bukanlah suatu proses yang instan. Perlu waktu dan proses yang berkelanjutan. Apalagi, proses pembentukan kepribadian seseorang itu bisa sepanjang hayat. Tapi percayalah, jika sejak dini kita tanamkan akhlak-akhlak yang mulia ke dalam diri mereka, anak-anak kita akan tumbuh berkembang menjadi pribadi-pribadi yang luhur. 

Jika ayahnya senang berjemaah di masjid, sang anak menjadi penasaran dan mulai mengikuti jejak ayahnya. Begitu juga sebaliknya, jika ayahnya senang main judi di rumah, atau mabuk-mabukan di rumah, percayalah, cepat atau lambat, anak-anaknya akan meniru kebiasaan ayahnya tersebut. Semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh anak-anak kita, mudah untuk direkam dan masuk ke alam bawah sadar. 

Selain itu, ada sebagian orang tua yang bisa menyuruh tetapi tidak bisa memberikan contoh dan teladan kepada anak-anaknya. Padahal, salah satu cara mengajar dan mendidik anak yang efektif yaitu dengan memberikan contoh. 

Sebelum menyuruh untuk mengaji, sang ayah sudah terbiasa mengaji. Sebelum memerintahkan untuk sholat berjemaah, sang ayah sudah istikamah di masjid untuk sholat berjemaah. Hal itu menjadi penting karena sikap dan tindakan itu jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan kata-kata. Keseharian sang ayah dan ibu menjadi teladan tersendiri bagi anak-anaknya. Jika kita ingin anak-anak kita menjadi pribadi yang lembut, maka besarkanlah mereka dengan penuh kasih sayang. Jika kita ingin anak-anak kita mencintai alim ulama, maka kita sendiri mulai membiasakan untuk hadir ke majelis taklim dan sowan ke kiai-kiai di daerah kita atau di daerah lainnya. Mendidik hati anak-anak kita jauh lebih susah dibandingkan dengan mengajari mereka ilmu sosial, ilmu alam, ataupun ilmu-ilmu lainnya. 

Selain itu, penting juga bagi Orang Tua untuk memantau dengan siapa anak-anak mereka berkawan. Jangan sampai anak-anak kita salah bergaul sehingga membuat karakter yang sudah dibina di lingkungan keluarga menjadi kacau. Bukan berarti kita mengajarkan anak membeda-bedakan manusia satu dengan manusia lainnya. Tapi agar mereka tahu harus dengan siapa mereka bersahabat dan dengan siapa mereka berteman. 

Orang Tua harus memberikan pengertian kepada anak-anaknya untuk lebih selektif alias bisa memilah dan memilih dengan siapa mereka menghabiskan waktunya di luar sana. Sebab, pengaruh lingkungan itu luar biasa, Jika sang anak tak mampu mengubah lingkungannya yang buruk, bisa jadi nanti mereka yang terbawa arus. Lebih baik menangkal sedini mungkin agar tidak terjebak lingkaran sosial yang buruk.

Terakhir, melalui catatan ini saya berharap watak sang anak bisa dibentuk sedemikian rupa dari lingkungan keluarga melalui keteladanan Orang Tua. Selain itu, Orang Tua juga harus tegas memberikan hukuman ketika sang anak melanggar norma agama maupun norma sosial. Hal itu sebagai pendidikan karakter agar sang anak tahu dan sadar bahwa yang dilakukannya itu adalah perbuatan yang menyimpang. 

Semoga anak-anak kita tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Kita semua bisa mengambil peran di dalamnya. Dan kepada para Orang Tua, sudah saatnya kita lebih proaktif dalam mendidik perangai anak-anak kita. 

Sebab, jika sampai usia dewasa, biasanya karakter seorang anak sudah terbentuk. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena tak memperhatikan perkembangan watak anak-anak kita. 

Penulis buku 'Empat Titik Lima Dimensi': Muhammad Aufal Fresky

Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini