Notification

×

Iklan

Iklan

Mangihut Sinaga Merajut Keragaman “Parsidomu” dan Sebuah Mushola di Kompleks Tugu Toga Sinaga

Minggu, 29 Oktober 2023 | 18:09 WIB Last Updated 2023-10-29T11:09:36Z
Layout PMS

Kabar Center

Realitas sosial menunjukkan bahwa Negara Indonesia itu dibangun dari beragam suku mau pun agama dan kepercayaan. Maka dari itu, hidup bersama di negara yang sama adalah sebuah keniscayaan yang tidak mungkin ditolak. Dan ini dipahami betul oleh Mangihut Sinaga, SH., MH. tatkala menjalankan fitrahnya sebagai Ketua Umum PPTSB (Parsadaan Pomparan Toga Sinaga & Boru) Indoebsia tahun 2010-2022.

Sebagai sebuah organisasi marga yang dikatakan sebagai Marga Batak yang terbesar di Indonesia, realitas sosial itu juga dimiliki para anggota PPTSB. Intinya, turunan Toga Sinaga tidak semua memiliki budaya dan agama yang sama. Hal itu tentulah buah dari adanya perbedaan daerah tempat tinggal dari para turunan Toga Sinaga tersebut.

“Banyak saudara kita yang juga beragama Islam, selain yang beragama Kristen. Tapi perbedaan agama itu bukan alasan bagi kita untuk tidak bersatu. Sesama satu turunan kita semua adalah Toga Sinaga,” ujar Mangihut Sinaga mengutarakan kerangka dasar pemikirannya terhadap realitas sosial yang ada.

“Dan hal itu menjadi tanggungjawab kita bersama, terutama bagi para pengurus, bagaimana tugas kebersamaan itu dapat tercipta dan terbina," lanjutnya.

Parsidomu

Berangkat dari pemikiran itu, Mangihut Sinaga pun membuat terobosan dengan kebijakannya bahwa setiap Warga Sinaga adalah bagian PPTSB. Itulah dasar pemikirannya dalam merajut kebersamaan.

“Bagi saya, siapa pun dia, sepanjang memahami dan menyadari dirinya adalah turunan Toga Sinaga, silahkan bergabung dengan PPTSB. Sebab PPTSB itu dibuat oleh para pendahulu sebagai Rumah Besama”, cerita mantan Kajari Medan dan Wakajatisu ini, yang tahun ini memutuskan terjun ke politik selepas purnabhakti dari Kejaksaan Agung RI.

Parsidomu

Berangkat dari pemikiran bahwa PPTSB adalah rumah bersama, Op. Debora Ketua PPTSB Cabang Pematang Siantar, langsung menindak lanjutinya di lapangan. Bahwa apa yang telah digariskan oleh pimpinan adalah bagian yang harus ditindak-lanjutnya, dia pun bergerak cepat menyampaikan berita baik itu kepada sebuah komunitas Turunan Sinaga yang beragama Islam. 

Komunitas Sinaga yang beragama Islama dengan nama “Parsidomu” (Partumpuan Sinaga dohot Boru Muslim) menyambut dengan suka cita terhadap berita suka cita yang disampaikan oleh Op. Debora tersebut.

Singkat cerita, Parsidomu pun resmi secara organisasi menjadi bagian organisk PPTSB Cabang Pematang Siantar dengan satus sektor. Sejak itu, terjadilah sinergitas dalam berbagai kegiatan di sesama Turunan Toga Sinaga baik Muslim atau pun Non Muslim. Hal itu terjadi sampai sekarang, dimana saat ini Parsidomu telah berkembang menjadi menjadi cabang yang membawahi beberapa sektor di bawah naungan PPTSB.

“Sesama turunan Sinaga di Cabang Siantar semakin erat tali silaturahminya, apalagi sejak dikomodirnya saudara -saudara kita yang beragama Islam “Parsidomu” sebagai satu sektor. Langsung atau tidak langsung, saya sebagai ketua cabang hormat kepada Amang Mangihut Sinaga atas kebijaknnya tersebut,” ujar Op. Debora Sinaga, ketika awak media ini diundangnya secara khusus meliput sebuah kegiatan acara perkawinan Warga PPTSB Parsidomu Siantar di Naga Huta sekitar 10 tahun yang lalu.

Mushola di Kompleks Tugu Toga Sinaga

Cerita ‘Merajut Kebersamaan’ ini tidak hanya berhenti sampai di situ. Sebab bila sampai di situ, kebijakan merajut kebersamaan dari Mangihut Sinaga adalah semacam ‘sayur tanpa garam’. Entah disadari atau tidak, yang pasti, sebuah musholla telah berdiri di lokasi Tugu Toga Sinaga. 

Musholla itu terlihat bersebelahan dengan “Wisma Sopo Mardame Sinaga”, dimana pertama kali dilihat awak media ini. saat dilakukannya acara “Jubelium 75 Tahun PPTSB” tahun 2015 di Lokasi Tugu Toga Sinaga di Desa Sinaga Uruk, Pailipi Samosir. Sayur pun terasa enak karena ada garamnya. 

“Faktanya, turunan Toga Sinaga itu tidak hanya menganut satu agama saja. Maka adalah hal yang logis bila kita sediakan tempat beribadah bagi mereka yang beragama lain di lokasi tugu," tutur Mangihut Sinaga mengenai dasar dibangunnya mushola tersebut, seraya menambahkan bahwa untuk Turunan Toga Sinaga yang beragama Kristen fasilitas itu tidak diperlukan lagi mengingat sudah tersedia beberapa gereja di luar kompleks tugu. 

Dengan begitu, turunan Marga Sianaga yang datang ‘menziarahi’ huta leluhurnya tidak perlu pusing-pusing untuk mencari tempat untuk menunaikan ibadahnya. Apalagi marbotnya juga telah disiapkan yang beragama Islam juga.

Acara “Jubelium 75 Tahun PPTSB’ sendiri dilakukan secara meriah sebagaimana umumnya acara yang dilakukan Masyarakat Batak yang selalu terkait dengan budaya. Khusus pada acara Jubelium itu, secara khusus Parsidomu menampilkan “Tortor Sombah” dalam menyambut kehadiran Wakil Gubernur Sumatera Utara Bp. Tengku Nurdin Nuradi. 

Selain kehadiran Wakil Gubernur Sumut, acara juga dihadiri oleh Ephorus HKBP Dr. WTP Simarmata, Haji Syeh Ali Akbar Marbun reperensentasi keragaman agama di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Dan tidak ketinggalan tentunya rombongan Parsidomu PPTSB bersama tokohnya seperti Haji Sulaeman Sinaga. 

Musholla milik PPTSB di Kompleks
Tugu Toga Sinaga di Samosir (Foto Dok PMS)

Bagi Mangihut Sinaga situasi acara itu tentulah membanggakan dirinya sebagai pribadi mau pun sebagai Ketua Umum PPTSB. Tapi hal itu akan semakin memili maknanya manakala apa yang telah dilakukannya juga diikuti oleh tokoh-toh masyarakat lainnya.

“Secara pribadi, saya puas dengan acara itu, karena keinginan saya dalam merajut kebersamaan telah sesuai harapan. Saya percaya tokoh-tokoh masyarakat lainnya juga punya pandangan seperti saya, walau pun dilakukan dengan cara berbeda," pungkas Mengihut Sinaga kepada awak media ini dalam kesempatan bincang-bincang dengannya di Posko Pemenangannya menuju pencalonannya sebagai Legislatif Golkar dari Dapil Sumut-3. (PMS/BST)

Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini