Notification

×

Iklan

Iklan

Seorang Gadis Diduga Dibunuh Petugas Keamanan Saat Demo di Iran

Minggu, 09 Oktober 2022 | 21:52 WIB Last Updated 2022-10-09T14:52:49Z
Demo di Iran | Ilustrasi

KABARCENTER.com

Nasreen Shakarami, ibu dari anak 16 tahun di Iran, mengatakan anaknya dipukuli hingga tewas oleh petugas keamanan saat gerakan protes melanda negara itu. Ia menolak klaim pemerintah bahwa kematian anaknya, Nika, disebabkan karena jatuh dari gedung.

Melansir CNN, Nasreen mengatakan pihak berwenang menolak memberitahu keluarga tentang kematian putrinya selama 10 hari. Kepolisian kemudian mengeluarkan Nika dari kamar mayat dan menguburnya di desa terpencil tanpa persetujuan keluarga.

Nasreen mengatakan catatan kematian Nika menunjukkan tengkoraknya rusak parah dan luka-lukanya menunjukkan bekas pukulan berulang kali di kepalanya,

Ia juga mengatakan laporan forensik menunjukkan bahwa tubuh Nika utuh tetapi tulang di giginya dan bagian belakang tengkoraknya patah.

"Kerusakannya ada di kepalanya. Tubuhnya utuh, lengan dan kakinya," ujarnya, dikutip dari Guardian, Minggu (10/9).

Sementara itu, seorang gadis remaja lainnya dilaporkan juga telah dibunuh oleh pasukan keamanan. Sarina Esmailzadeh berusia 16 tahun dilaporkan tewas ketika pasukan keamanan memukulnya pada aksi protes di Gohardasht di provinsi Alborz pada 23 September lalu.

Demonstrasi di Iran berpusat pada hak-hak perempuan, khususnya tuntutan untuk menghindari jilbab yang dipaksakan oleh rezim teokratis.

Dr Allan Hassaniyan, dari Pusat Studi Arab dan Islam Universitas Exeter mengatakan gerakan itu menandai pertama kalinya sejak Revolusi Islam pada 1979 bahwa masyarakat di wilayah tengah Iran telah menyatakan solidaritas dengan para pemimpin protes yang berkampanye menentang negara.

Protes dimulai di wilayah Kurdi di Iran setelah kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun dalam tahanan polisi. Namun, mereka dengan cepat menyebar ke bagian lain negara itu, termasuk ibu kota.

Para mahasiswa telah berada di garis depan demonstrasi dan laki-laki juga telah menyatakan solidaritas.

"Perjuangan gender telah terbukti menjadi dinamika pemersatu yang penting," kata Hassaniyan.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam keras pihak berwenang Iran atas tindakan keras yang sedang berlangsung. Amnesty International mengatakan puluhan orang telah tewas di seluruh negeri. Sebanyak 66 demonstran bahkan tewas dalam satu hari di Kota Zahedan.

"Penembakan meluas oleh pasukan keamanan terhadap pengunjuk rasa hanya memicu kemarahan terhadap pemerintah yang korup dan otokratis," kata Tara Sepehri Far dari Human Rights Watch.

Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini