Notification

×

Iklan

Iklan

Efek Dari Vaksin Sinovac dan AstraZeneca Berbeda, Ini Penjelasan Vaksinolog

Sabtu, 26 Juni 2021 | 13:47 WIB Last Updated 2021-07-10T06:36:53Z
Kolase foto vaksin | Ilustrasi

Kabar Center - Jakarta

Efek dari vaksin AstraZeneca dan Sinovac berbeda. Hal ini diakui beberapa orang yang mengalami efek usai mendapat vaksin.

Vaksinolog yang juga dokter penyakit dalam Dirga Rambe menjelaskan penyebab jumlah orang yang mengeluhkan reaksi usai divaksin AstraZeneca dan Sinovac berbeda. 

Menurutnya, hal tersebut berhubungan dengan perbedaan teknologi dalam pembuatan kedua vaksin tersebut.

"Sinovac dan AstraZeneca memang dibuat dengan teknologi yang berbeda sehingga menimbulkan efek yang berbeda-beda," kata Dirga mengutip dari Liputan6com pada Jumat, 25 Juni 2021.

Vaksin Sinovac dibuat menggunakan virus mati atau inactivated virus. Hal ini membuat kekerapan demam, sakit kepala, pegal pada penerimanya rendah sekali yakni sekitar 2-4 persen. 

"Terbukti, vaksin Sinovac bisa mencegah penyakit yang berat, termasuk mencegah kematian," ujarnya.

Sementara, untuk vaksin AstraZeneca yang dikembangkan peneliti Oxford University, Inggris menggunakan viral vector. Mekanismenya adalah virus Corona yang mati ditumpangkan kepada vektor yang merupakan adenovirus yang dilemahkan.

"Sehingga kekerapan demam, pegal-pegal, sakit kepala mencapai 65 persen," ungkap Dirga.

Walau kemungkinan reaksi tersebut besar Dirga mengingatkan bahwa vaksin AstraZeneca punya keunggulan yakni bisa mencegah penularan COVID-19.

Pada dasarnya semua vaksin memiliki tujuan yang sama meski teknologi dalam pembuatan berbeda-beda. Penggunaan vaksin dilakukan untuk menciptakan kekebalan tubuh terhadap suatu virus.

Satu lagi, mengingat jumlah vaksin masih terbatas tidak usah pilih-pilih vaksin."Apa yang tersedia itu kita gunakana duluan," imbau Dirga.

Meski telah divaksin, pastikan tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. Lakukan 5M secara disiplin. Pastikan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.

"Orang yang sudah divaksin masih bisa kena COVID-19? Iya betul. Maka jangan lupa kita sebagai masyarakat displin menerapkan 5M," katanya.

Meski kena COVID-19, Dirga menyampaikan bahwa orang yang divaksin punya kekebalan sehingga ketika terinfeksi virus SARS-CoV-2 gejala tidak berat, tidak masuk ICU dan tidak menggunakan ventilator.

"Segera vaksinasi, segera terlindungi," pesannya.

Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini